EnglishFrenchGermanSpainItalian DutchRussianPortugueseJapaneseKorean

Google Search

Custom Search

Sunday, August 22, 2010

RACUN

Dahulu kala di negeri Cina, adalah seorang gadis bernama Li-li.
Ia baru menikah dan tinggal di rumah mertuanya. Dalam waktu singkat Li-li tahu bahwa ia sangat tidak cocok tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Karakter mereka berdua sangat jauh berbeda dan Li-li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.

Hari berganti hari, dan bulan berganti bulan. Li-li dan ibu mertuanya tak pernah berhenti berdebat dan bertengkar.
Yang membuat Li-li tambah kesal adalah adat kuno Cina yang mengharuskan ia untuk selalu menundukkan kepala menghormati mertuanya dan mentaati semua kemauannya.
Kemarahan dan ketidak bahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-li, seorang yang berjiwa sedehana dan penuh kasih. Suami Li-li dihadapkan pada situasi yang sulit, karena ia sangat mengasihi ibunya dan juga isterinya. "Saya benar-benar muak dengan ibumu, begitu cerewet dan apa yang saya lakukan tidak pernah baik dimatanya. Selalu saja salah... salah... dan salah..." gerutu Li-li kepada suaminya.

Lain waktu ibunya yang mengadu, "Yen..., heran ibu... mengapa perempuan berkelakuan dan berhati buruk seperti Li-li yang kamu ambil sebagai istri. Benar-benar perempuan yang tidak kenal sopan santun....".

Bila sudah demikian, Yen Ji suami Li-li hanya bisa diam saja, sambil berdoa kepada Tuhan, ada keajaiban terjadi yang mampu memulihkan hubungan isteri dan ibunya, dua perempuan yang sama-sama sangat dicintainya.

Hari lepas hari,bulan lepas bulan dan telah setahun berlalu dengan suasana yang tidak menyenangkan untuk seisi rumah. Akhirnya Li-li tidak tahan lagi terhadap sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya, dan ia benar-benar bertekad untuk melakukan sesuatu.

Li-li menjumpai seorang teman ayahnya, yaitu Sinshe Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Li-li menceritakan situasinya dan minta diberikan ramuan racun yang kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya.
Sinshe Wang berfikir keras sejenak, lalu ia berkata, "Li-li, saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan."
Li-li berkata dengan penuh semangat, "Ok pak Wang, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan, yang penting masalah saya ini teratasi. Ibu mertua saya segera mati !!"

Sinshe Wang masuk ke dalam kamarnya dan tak lama kemudian ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan. Ia berkata kepada Li-li, "Kamu tidak bisa memakai racun keras yang mematikan seketika untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang curiga. Oleh karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuh ibu mertuamu."

Sinshe Wang melanjutkan, "Setiap hari sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini kedalamnya. Lalu, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya dan perlakukan dia seperti seorang ratu." nasihat Sinshe Wang.
Li-li sangat senang, ia berterima kasih kepada pak Wang dan buru-buru pulang ke rumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya.

Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulanpun berlalu. Setiap hari Li-li melayani ibu mertuanya dengan makanan yang enak-enak, yang sudah "dibumbuinya" dengan ramuan obat dari Sinshe Wang. Ia mengikuti semua petunjuk dari Sinshe Wang tentang hal mencegah kecurigaan. Maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya, mentaati ibu mertuanya dan memperlakukannya seperti terhadap ibunya sendiri.

Setelah enam bulan lewat, suasana di rumah itu berubah secara drastis. Li-li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa, sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal. Ia tidak pernah berdebat lagi dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir, karena ia mendapatkan bahwa ibu mertuanya kini nampak lebih ramah kepadanya.

Sikap ibu mertua terhadap Li-li telah berubah dan mulai mencintai Li-li seperti putrinya sendiri. Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa Li-li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh. Li-li dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya. Yen Ji, suami Li-li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi antara isteri dan ibunya. Dua perempuan yang sangat dikasihinya.

Suatu hari, Li-li dengan panik dan ketakutan pergi menjumpai Sinshe Wang. Dengan air mata bercucuran dan wajah sangat cemas ia berkata, "Pak Wang, ibu mertuaku sekarang ini mendadak sakit flu, badannya agak panas. Oh.... pak Wang, tolonglah saya, saya tidak mau ibu mertua saya mati, saya ingin dia tetap hidup. Oh... tolonglah pak Wang, tolong beri saya lagi obat ramuan untuk menawarkan racun yang pernah saya berikan padanya, karena saya benar-benar tidak ingin dia mati, saya ingin dia terus hidup dan bersama saya. Saya sangat mencintainya... saya sangat mencintainya....." Li-li menangis keras menumpahkan ketakutannya. Ia sama sekali tak mampu membayangkan kalau benar-benar ibu mertuanya akan meninggal, dan semua karena racun yang dibubuhinya di makanan ibu mertuanya. "Oh.... Tuhan, tolong jangan ambil nyawa ibu mertuaku, saya benar-benar mohon kepada-Mu Tuhan, tolong selamatkan ibu.... Saya sungguh sangat menyesal..."

Pak Wang mendengarkan dengan wajah serius. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, pak Wang Wang berkata, "Li-li, tidak perlu kamu khawatir. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan dulu kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau. Satu-satunya racun yang ada, adalah yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri dan di dalam sikapmu terhadapnya. Tetapi semuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya.."

Li-li meluapkan rasa sukacita dan bahagianya dengan memeluk Sinshe Wang, "Oh pak Wang terimakasih.... terimakasih..., karena bapak begitu baik dan bijaksana."

Saudaraku terkasih,
Sadarkah Anda sebagaimana Anda memperlakukan orang lain, maka demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan Anda.

Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. (Lukas 6:31)

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kolose 3:13)

GOD bless you and me, now and forever.
AMEN.

Sumber: Renungan Harian POUK. semoga Informasi ini bermanfaat
Tuhan Yesus memberkati

Masukkan Code ini K1-EY8895-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com