EnglishFrenchGermanSpainItalian DutchRussianPortugueseJapaneseKorean

Google Search

Custom Search

Sunday, May 30, 2010

Ganasnya Sang Ayah Buatku Jadi Pecinta Kekerasan

Kehidupan Yunus Kili-Kili semasa kecil sangatlah menyedihkan. Sang ayah yang seharusnya memberi perlindungan dan kasih malah menjadi predator yang menakutkan.
Pada suatu hari, ketika ia sedang bermain dengan teman-teman sebayanya, ayahnya memanggilnya. Karena merasa mau bersenda gurau, Yunus pun mengacuhkan panggilan
tersebut. Ayahnya yang melihat hal itu pun langsung menghampirinya. Sebuah daun kelapa yang kering dan tajam sudah terlihat jelas di tangan ayahnya. Dengan sekuat
tenaga, daun tersebut digunakan untuk memukul dirinya hingga membuat pahanya terluka.Satu minggu lebih Yunus harus berjalan merayap karena kakinya tidak bisa digerakkan dengan baik. Bukannya iba atau membawa Yunus ke rumah sakit, sang ayah malah membiarkan kondisinya yang lemah. Hanya ibunya yang peduli dengan luka yang dialaminya. Saat itulah dendam terhadap sang ayah mulai tumbuh di hatinya. Perasaan tersebut semakin hari semakin kuat setiap harinya. Bahkan hatinya semakin membara ketika mendengar sang ayah tidak menganggapnya sebagai anak. Perlakuan buruk dari sang ayah membuat Yunus memiliki cita-cita yang tidak biasa. “Saya punya banyak keinginan saat itu. Namun, diantara semua keinginan itu saya mau menjadi penjahat saja.” Setelah dewasa, Yunus Kili- Kili menjadi seorang yang cepat terbakar emosinya. Setiap ada orang yang melihat dirinya, ia langsung mendatangi orang tersebut dan mengajak berkelahi. Karena tabiatnya itu, orang-orang sekitarnya takut menghampirinya. Sikap jagoan dan tanpa memiliki rasa takut membuat Yunus sering mendapat order pekerjaan sebagai tukang keamanan. Setiap orang yang menjadi musuhnya selalu dilibasnya tanpa ampun. Kesombongan mulai lahir dihatinya dan kegarangannya pun semakin menjadi-jadi. Hingga suatu hari, Yunus harus menghadapi situasi yang hampir membuatnya kehilangan nyawa saat ia bertandang ke rumah kerabatnya. “Itu di tempat dia, kalau mau ke toilet saya harus lewat rumah seseorang. Biasanya kalau saya lewat, saya gak pernah sopan, cuma hari itu saya sopan. Ketika saya balik dari toilet, pemilik toilet itu negor saya dengan nada ketus. Begitu dia ngomong gitu, tanpa banyak basa basi, saya pukul dia. Walaupun istrinya nangis-nangis, saya tetap mukul dia tanpa ampun. Hingga tiba-tiba istrinya teriak maling, baru saya lari. Pada saat saya lari, puluhan orang mengejar saya. Saya pun masuk ke dalam mobil, tetapi karena keadaan pada waktu itu macet sekali akhirnya saya terkepung. Terjepit....saya pun mencari cara agar tidak menjadi bulan-bulanan massa. Dalam posisi mendebarkan tersebut, saya menceritakan apa yang terjadi dengan sedikit bumbu kebohongan. Satu diantara mereka ada yang bertanya apakah saya ini orang Aceh, saya langsung bilang bukan. Mendengar jawaban saya itu, mereka pun satu per satu berpencar, mundur, dan membubarkan diri. Perasaan saya lega ketika itu karena saya bisa melewati peristiwa menegangkan itu dengan selamat.” Peristiwa itu ternyata di dengar kakaknya. Ia pun mengundang Yunus ke rumah. Sesampai disana,
perasaannya mulai tidak tenang. Ia merasa kakaknya telah merancangkan sesuatu.
Dan memang benar. Ketika ia sudah masuk ke dalam rumah kakaknya, saudara kandungnya ini mulai menasehati dirinya secara tidak langsung. "Kakak saya menceritakan
bagaimana Tuhan menunggu saya untuk berubah dan berbalik kepadanya. Mendengar hal itu, amarah saya meninggi dan mengatakan kepadanya, jika ia tidak berhenti untuk
berhenti tentang keselamatan maka saya akan membunuhnya. Namun, bukannya menciut, justru ia makin berani memberitakan injil. Ia mengatakan, “kamu bisa membunuh saya, tetapi saya tahu akan ada dimana kelak, yakni di surga. Kalau kamu mati? Kamu kemana dek?’ Mendengar hal itu saya membalikkan badan dan meninggalkan rumah kakak saya.” Kata-kata dari sang kakak terus terdengar di telinganya. Pikiran kalut Yunus seperti menyeretnya untuk mengambil jalan pintas. Ia bermaksud mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Namun sebuah mimpi telah mengubah keputusannya tersebut. “Gak tahu mengapa malam itu, saya sedang tidur saya mendapat penglihatan. Dalam penglihatan saya dunia kiamat. Langit terbelah terbelah dua. Hancur berkeping-keping. Dan saya bersama orang-orang di kampung itu kami semua diangkut ke neraka. Disitu kami menjerit ketakutan seperti yang diberitakan firman Tuhan. Disitu saya teriak, ‘Tuhan, tolong saya, kalau Engkau memberikan saya kesempatan bertobat, saya mau bertobat’, namun saya merasa sepertinya hal ini tidak mungkin terjadi karena waktu sudah terlambat. Di tengah pergumulan itu, tiba-tiba saya sadar. Saya merasakan ada sesuatu yang menjamah hati saya. sesuatu yang membuat saya damai dan sejahtera. Sesuatu yang selama ini saya cari-cari. Saya pun mulai menangis dan mulai mengambil keputusan untuk menerima Dia sebagai Tuhan dan juruselamat. Saya pun mengambil komitmen, ‘Tuhan, saya akan cerita kepada orang-orang kalau kita bertobat Tuhan Yesus akan memberikan damai sejahtera’.” Sejak pengalaman yang ia alami itu, Yunus seperti haus akan firman Tuhan. ‘Kebencian itu berubah menjadi kasih. Sejak saya terima Tuhan, saya sudah bisa melupakan apa yang saya alami ketika kecil dan berusaha menjadi anak kesayangan mereka. Saya merasa tidak jauh lagi dari Tuhan. Ketika saya membutuhkan kasih dari bapa, Tuhan Yesus mampu memberikan dan itu sempurna bahkan lebih sempurna dari Bapa yang ada di dunia ini. Ketika saya membutuhkan kasih dari teman, sahabat, atau siapa pun, Tuhan Yesus mampu memberikan secara sempurna lebih dari yang dunia berikan,” ujarnya menutup kesaksian.

(Kisah ini ditayangkan 24 Mei 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Yunus Kili-Kili

Masukkan Code ini K1-EY8895-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com