EnglishFrenchGermanSpainItalian DutchRussianPortugueseJapaneseKorean

Google Search

Custom Search

Friday, June 1, 2012

AKU LAPAR.... AKU SEKARAT....!!!

Panas mentari begitu menyengat menerpa bongkahan tanah kering kerontang, pecah-pecah dan keras membantu.
Rerumputan kering menguning. Pepohonan nampak bagai juluran banyak tangan-tangan  menggapai kelangit, hitam… kurus…. dan tak berdaya…..
Deraan angin panas yang bercampur dengan debu, beterbangan menghantam yang menghalanginya. Semua terdengar bagai suatu alunan lagu yang menyedihkan….. lagu sendu yang menyiratkan keputusasaan…. dan kematian….

Konflik senjata berkepanjangan yang menimpa Sudan, negara dengan luas terbesar di Afrika, akibat dari perang sipil antara pemerintah Sudan yang berbasis di Sudan Utara melawan kelompok pemberontak di Sudan Selatan, telah membawa bencana yang mengerikan bagi semua penduduknya.

Hancurnya perekonomian. Musnahnya manusia akibat perang sipil, dan bencana kelaparan yang sangat parah. Perasaan ketakutan yang terus mendera. Dan mayat kurus bergelimpangan adalah pemandangan miris yang mungkin bahkan menjadi pemandangan yang biasa ditemukan di tanah Sudan…
Dengan mengumpulkan seluruh kekuatan yang masih tersisa ditubuh kurusnya. Hitam terbakar dengan kulit melekat pada tulang kurus bertonjolan. Perut yang membuncit, dengan tangan kaki terluka, borok yang dipenuhi oleh kerubungan lalat, yang dengan liarnya berpesta-pora disana…

Anak perempuan dengan rambut merah keriting itu coba sekuatnya merangkak…. Oh bukan..., dia merayap dengan lemah untuk bisa mencapai pusat pembagian makanan dari pemerintah Uni Soviet.

Ia harus melakukan semua itu walau ditengah ketidak berdayaannya. Ia harus berusaha keras untuk mencapai tempat itu, agar ia bisa bertahan hidup….

Ia tahu, ia tak bisa berharap pada siapapun kini…. Semua keluarganya sudah mati kelaparan…. Dan semua orang sibuk dengan diri mereka sendiri… karena semua orang harus berjuang untuk bisa hidup…

Perasaan ngeri menggelayuti hatinya… dengan matanya yang telah sulit untuk dibuka karena dipenuhi oleh kotoran mata yang mengering dan berkali-kali dikerubungi oleh lalat, ia bisa melihat burung pemakan bangkai terus mengikutinya. Kepakan sayap burung itu menambah ketakutannya….

Dari paruh bengkok burung itu, ia bagai melihat ceceran air liur burung ganas itu…  menanti ia terkapar meregang maut… dan siap berpesta pora mencabik-cabik tubuh kurus yang hanya berupa tulang belulang..

“Oh… aku harus bertahan…, aku harus kuat.. untuk mencapai tempat dimana makanan bisa menguatkan tubuhku…. Bisa menambah panjang kehidupanku…” jerit bathinnya dengan rasa putus asa yang membuat seluruh tubuhnya membeku.

Harapannya muncul dengan seketika, ketika ia menatap sosok seorang lelaki gagah. Lelaki itu nampak bagai malaikat yang tiba-tiba saja turun dari langit, untuk menolongnya… memberinya pengharapan besar….

Dengan tangan lemas ia coba menggapai, merayap dengan sisa tenaga yang ada padanya, dan dengan tatap mata pengharapan, mohon lelaki itu mau menolongnya… memberinya setetes air untuk membasahi kerongkongannya yang panas terbakar, dan memberinya sepotong kecil roti untuk mengisi perutnya yang kelaparan… atau mau berbaik hati menggendong tubuh kurus tidak berdayanya dan membawanya ke pusat pembagian makanan.

Oh….. namun  ia harus kecewa…. Lelaki gagah itu sama sekali tidak memperdulikan permohonannya, lelaki itu tidak memperdulikan uluran tangan minta tolongnya. Berkali-kali ia coba menggapai…. Dan terhempas ditanah keras…. Dengan keperkasaannya malah lelaki itu mengambil gambarnya, anak perempuan kurus kelaparan yang tengah diambang kematian…..
Hatinya menjerit…… ia menangis…. Walau air mata sama sekali tidak ada yang keluar dari matanya…..

Ia merasa dirinya bahkan lebih hina dari burung pemakan bangkai yang coba diusir oleh lelaki gagah itu …… ia sama sekali tidak berarti  apa-apa  bagi lelaki itu. Ia hanya sebuah obyek photo yang menyenangkan dan bakal mendatangkan keuntungan besar ……

Dengan putus asa ia menatap ketika lelaki itu beranjak meninggalkannya…. Berlalu…. Dan membiarkan dirinya yang sudah sekarat…..

“Aku sudah tidak mampu lagi bertahan…. Tuhan… tolong ambil nyawaku sekarang….. aku sudah tidak kuat lagi …..” Desisnya pelan dari balik bibir yang telah pecah-pecah.

Dia memejamkan matanya dengan keihlasan yang nyata. Mulutnya tersenyum pasrah, bahkan ketika paruh tajam burung bangkai mulai mencabik-cabik tubuh kurusnya….
Tubuhnya meregang, rohnya terangkat ke pemilik abadinya. Tuhan Pencipta Langit Bumi dan segala kehidupan. Di tempat dimana tidak ada lagi ratap tangis dan kertak gigi….

                                                                               ********

Kevin Carter berangkat ke Sudan dengan niat untuk mengambil foto pemberontakan yang terjadi. Namun sesampainya disana, justru korban kelaparan-lah yang menarik minatnya.

Dijalan dia mendapati seorang bocah perempuan kelaparan merangkak lemah susah payah menuju pusat pembagian makan, berhenti ditengah jalan dan mengumpulkan tenaga. Ditengah kejadian itu, seekor burung bangkai datang dan menunggu bocah tersebut.

Carter-pun mengabadikan kejadian tersebut. Foto ini pertama dimuat dikoran New York Times, dan reaksi keras bermunculan mengkritik Carter yang tidak menolong gadis kecil ini.

Carter beralasan dia sudah mengusir burung bangkai tersebut sesudah mengambil foto, namun tidak menolong si bocah karena konvensi fotografer yang tidak boleh ikut campur dalam konflik (?).

Kontroversi terus menghujani Carter, meskipun hadiah Pulitzer dia terima atas karyanya ini.

Tahun 1994, Carter ditemukan bunuh diri dengan sengaja mengalirkan gas CO dari knalpot mobil kedalam ruangannya. Dia meninggalkan catatan yang isinya berupa penyesalan dan kesedihan karena tidak menolong si bocah, frustasi akibat terjerat hutang dan kesedihan karena sahabat karibnya tertembak.

“Tatap mata minta tolong itu selama bertahun-tahun menghantuiku. Tatap mata putus asa… Bola mata redup yang dikerubungi oleh lalat, menjorok diwajah kurus yang nampak bagai tengkorak mengerikan….

Tangan lemas kurus yang coba menggapai…. Upaya dengan tenaga tersisa yang terus menerus terjatuh… dan terjatuh ditanah keras yang pecah-pecah…. Tangan kaki yang luka-luka dengan borok dipenuhi lalat dan debu, kurus …. Hanya kulit yang menyelubungi tulang belulang bertonjolan, dengan perut membuncit….

Rintih minta tolong tanpa adanya suara itu… terus merongrong dan menghantuiku, terutama dalam tidurku….  Sehingga aku tidak berani tidur…. Dan lari dalam minuman keras untuk menghindar….

Sungguh… aku dipenuhi rasa penyesalan… aku sangat menyesal tidak menolong bocah perempuan itu…. Padahal semua yang ia inginkan itu bisa kulakukan dengan mudahnya….. aku hanya tinggal mengulurkan tanganku….

Hidupku benar-benar terasa mengerikan. Kemanapun aku pergi, semua orang mencemohkanku…. Semua ketenaran yang kuperoleh dari photo bocah perempuan kelaparan yang sekarat itu, yang menghasilkan hadiah Pulitzer, penghargaan tertinggi untuk karya photografi sama sekali tidak memberi arti lagi bagiku.

Kekayaan yang kuhasilkan dari kerja keras selama ini habis terkuras untuk mabuk dan kesenangan guna lari dari tekanan bathin yang kualami. Aku terjerat dalam hutang yang banyak. Aku kehilangan orang-orang yang kucintai. Aku sungguh-sungguh tercampak dalam ketidak bahagiaan. Aku sendirian…. Dan kesakitan….

Semua orang membenciku, mencelaku….
Aku sudah tidak kuat lagi, terutama karena bayangan bocah perempaun itu terus menghantui….

Aku harus mengakhiri hidup ini sebelum aku menjadi gila karena rasa penyesalan….

Kepadamu saudara-saudaraku terkasih,
Tolong jangan ulangi kebodohanku ini. Begitu banyak orang di luar sana yang butuh pertolonganmu, butuh uluran tanganmu….

 Sedikit berkat yang sudah kamu peroleh…. Untuk berbagi dengan mereka. Untuk mengisi perut mereka yang lapar, dan tenggorokan mereka yang haus…..

Lakukanlah apa yang bisa kamu lakukan. Percayalah…. Semua yang kamu lakukan itu tidak akan membuatmu menjadi jatuh miskin…. Malah aku sangat yakin, perbuatan baikmu akan membuat Tuhan tersenyum, dan melimpahimu dengan berkat yang membuatmu terheran-heran…. Dan bersyukur, “Betapa baiknya Tuhan dalam hidupmu”

Tuhan, aku tahu dosaku tidak terampuni. Dan neraka jadi tempatku. Namun aku sangat berharap. Engkau mau tolong saudara-saudaraku, gerakkan hati mereka, lunakkan kekerasan hati mereka untuk mau berbagi dengan sesamanya yang dalam penderitaan..
Aku: Kevin Carter

************

Saudaraku terkasih,
Foto ini selalu mengingatkan akan tragedi kemanusiaan di Afrika dan tragedi dalam dunia fotografi itu sendiri, keduanya memang tidak bisa dipisahkan

Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (Matius 25:45)
---------------------------------------------------------------------------

LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen

source: Renungan malam Lisa Fransisca Sumber tulisan : Photo pemenang hadiah Pulitzer dari Kevin Carter.

Masukkan Code ini K1-EY8895-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com