Baca: Matius 20:1-16
Orang
tua yang punya anak lebih dari satu anak tahu situasi ini: salah satu
anak protes dan menilai sang orangtua tidak adil karena merasa
saudaranya menerima “lebih” dari apa yang dia terima. Entah “lebih” itu
dipahami dalam arti lebih banyak, lebih bundar, lebih baru, dst.
Motivasinya pun beragam. Bisa saja si anak sebenarnya merasa bosan,
butuh perhatian, atau iri. Namun bisa juga si anak memang merasa
diperlakukan tidak adil. Untuk kasus ini, mau tak mau orangtua mesti
dengan sabar menjelaskan arti keadilan di dalam pemberian tersebut.Perumpamaan hari ini
mengandaikan Kerajaan Surga dengan tindakan seorang “tuan rumah yang
pagi-pagi benar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya” (1).
Yang digarisbawahi dari tindakan sang “tuan rumah” ada dua hal.
Pertama, tindakan memberikan upah harian yang sama kepada para
pekerjanya, dari yang bekerja sejak pagi hingga yang baru bekerja pada
jam lima sore, mengilustrasikan kemurahan hati Allah di tengah kekayaan
dan kekuasaan-Nya: sang tuan rumah memberikan nafkah yang cukup untuk
penghidupan sehari-hari, terlepas dari berapa lama mereka bekerja.
Kedua, keluhan buruh yang bekerja sejak pagi menggarisbawahi keadilan
Allah: sang tuan rumah tak melanggar hak siapapun, karena semua pekerja
sama-sama mendapatkan upah yang memadai untuk sehari kerja. Artinya, di
dalam komunitas yang menyatakan kehendak Allah, ‘upah’ orang percaya
didasarkan pada kemurahan hati dan keadilan Allah, bukan atas prakarsa
manusia. Karena itu perkataan Yesus di ayat 16 “yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu …” mengulangi Mat 19:30 dan menegaskan bahwa Kerajaan Allah akan membalikkan penilaian manusia.
Nas
ini memperingatkan kita untuk tidak menerapkan prinsip penilaian dunia
ke dalam kehidupan berjemaat. Di mata Allah, pendeta jemaat besar di
kota tidak lebih tinggi dari guru sekolah minggu di jemaat desa. Di mata
Pemilik Kerajaan Sorga, semua berharga, semua penerima anugerah
kemurahan dan keadilan-Nya. Nas ini juga mengajak kita merendahkan diri
di hadapan Allah dan sesama, serta tidak menganggap diri sendiri lebih
tinggi dari sesama.
sumber: http://saatteduh.wordpress.com/2013/02/26/keadilan-dan-kemurahan-allah/
