Saat ibunya sakit, May yang bertugas untuk menggantikan pekerjaan rumah. Mulai dari memasak, mencuci, menyapu, hingga memandikan kedua adiknya. Kebetulan ayah May sedang bekerja di luar kota dan akan pulang sebulan dua kali.
Wanita yang selama ini dipanggil ibu oleh May, adalah ibu tiri di mana ibu kandungnya telah meninggal saat May berumur 3 tahun. Siang itu kawan May sedang berkunjung ke rumahnya, Molly namanya. Molly melihat May begitu cekatan mengurus pekerjaan rumah.
Karena sibuk, tempe yang digoreng oleh May gosong. Molly pun ketakutan ketika menemani May mengantarkan sepiring nasi beserta sepotong tempe gosong ke kamar ibunya. Molly berpikir bahwa seorang ibu tiri adalah jahat yang senang memarahi anak tirinya.
Molly terkejut ketika ibu May mulai memakan nasi dan tempe gosong itu dengan tersenyum. Molly pun memberanikan diri untuk bertanya ketika May sedang membereskan dapur.
“Tante tidak marah kepada May?”
“Marah kenapa?”
“May menggoreng tempe gosong, biasanya orang dewasa akan marah.”
“Tante tidak marah. Tante menghargai apa yang sudah dikerjakan oleh May. May sudah bekerja keras selama tante sakit dan tante sangat bangga padanya.”
Dalam sepotong tempe gosong itu ada kasih dan kerja keras. Demikian juga dalam kehidupan kita, mungkin kita sudah melakukan hal yang terbaik namun hasilnya tidak maksimal. Tuhan tahu seberapa besar usaha kita dan Tuhan menghargai apa yang kita perbuat.
Manusia boleh menghina hasil akhir kita, namun Tuhan menghargai dengan mahal proses yang kita lalui. Jangan pernah takut untuk melakukan sesuatu. Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru karena disitulah dirimu akan dibentuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!
2 Tawarikh 15:7
sumber: http://www.renunganhariankristen.net/tempe-gosong/