Bacaan Alkitab 11 Januari 2014: Lukas 15:1-32
"Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku." Lukas 15:12a
Kita patut bersyukur, oleh karena pengorbanan Tuhan kita Yesus Kristus
di atas Kavlari, kita yang dahulunya terbuang jauh karena dosa
diperdamaikan kembali dengan Allah, bahkan kita diangkat sebagai
anak-anak Allah dengan panggilan yang sangat intim yaitu Bapa. Kata Bapa menunjukkan hubungan kasih yang tiada jarak, erat, tidak ada keraguan atau keengganan lagi. Bahkan lebih dari itu
"...jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya
orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan
menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita
bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia." (Roma 8:17). Sebagai anak kita juga berhak atas warisan yang telah disediakan oleh Bapa bagi anak-anakNya.
Dalam pembacaan firman hari ini
Tuhan Yesus melukiskan kebesaran kasih Bapa melalui perumpamaan tentang
anak yang hilang. Anak bungsu adalah gambaran dari kehidupan di dalam
kasih karunia, sedangkan ayah yang baik adalah gambaran dari pribadi
Bapa di sorga yang dipenuhi oleh kasih karunia untuk anak-anakNya. Anak
bungsu memaksa ayahnya untuk segera membagikan harta kekayaannya kepada
anak-anaknya. Si bungsu meminta harta yang menjadi haknya terlebih
dahulu; dan karena kasihnya yang begitu besar, sang ayah pun
membagi-bagikan harta kekayaannya tersebut. Setelah menerima harta dari
sang ayah si bungsu ini pun segera menjual seluruh hartanya, lalu pergi
ke negeri yang jauh meninggalkan ayah dan kakaknya. Di tempat jauh
inilah si bungsu memboroskan harta kekayaan untuk berfoya-foya hingga
harta yang dimilikinya tersebut ludes tak tersisa. Keadaannya makin
buruk karena di negeri di mana ia tinggal terjadi bencana kelaparan yang
hebat, sehingga ia pun menjadi sangat melarat. Untuk bertahan hidup ia
bekerja sebagai penjaga babi, dan karena laparnya ia sampai ingin
mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi.
Anak bungsu menanggung akibat dari kesalahannya sendiri: hidupnya
gagal dan hancur total sampai di titik terendah setelah keluar dan
meninggalkan rumah ayahnya.
sumber: http://airhidupblog.blogspot.com/2014/01/allah-bapa-yang-baik-1.html