Minggu lalu aku pergi ke sebuah mall. Di depan ada seorang anak kecil sedang duduk di tangga. Pakaiannya lusuh dengan kondisi fisiknya yang berbeda dengan orang lain. Tak ada seorang pun yang memperhatikannya. Semuanya bersikap acuh. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan.
Pada hari berikutnya, aku masih mendapati hal serupa. Anak kecil itu duduk di tangga seorang diri tanpa ada yang mempedulikannya. Aku mulai menghampirinya, dan terlihat sangat jelas bahwa dia ketakutan dengan sikapku.
“Hei, kau jangan takut.”
“Anda mau apa mendekati saya?”
“Aku hanya mau berkenalan denganmu. Kau sudah makan?” sambil kusodorkan sebungkus roti.
“Anda baik sekali. Anda tidak takut terhadap saya?”
“Kau memang berbeda, punggungmu bengkok, dan aku yakin tak seorang pun mau mengalaminya termasuk dirimu.”
“Ya begitulah.”
“Tapi kita sama.”
“Sama?”
“Ya, kita sama-sama ciptaan Tuhan dan Tuhan juga sangat mengasihi aku dan kau.”
Seringkali, kekurangan seseorang menjadi pembatas kasih. Banyak orang yang lebih memilih untuk menghindar ketika bertemu dengan orang-orang yang cacat secara fisik, ataupun ketika mereka bertemu dengan orang-orang yang tidak mampu membeli pakaian sehingga pakaian yang dikenakan sangat lusuh. Kasih itu hilang ketika kita melihat perbedaan yang sangat nyata.
Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami kekurangan dalam hidupnya. Dan perlu kita ketahui bahwa Tuhan tidak pernah melihat apa yang kita miliki, namun Tuhan melihat hati kita. Tuhan melihat bagaimana cara kita mengasihi orang lain.
Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.
Yohanes 15:17
sumber: http://www.renunganhariankristen.net/peduli-sesama/