Bacaan Alkitab 27012014: Yeremia 18:1-17
"Apabila
bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak,
maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain
menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa setiap orang Kristen pasti menginginkan
berkat-berkat Tuhan dalam hidupnya. Namun dalam pengiringan kita kepada
Tuhan janganlah kita hanya ingin menikmati berkat-berkatNya saja,
sementara kita tidak mau dibentuk dan diproses Tuhan. Siapakah kita ini
di hadapan Tuhan sehingga kita mau mengatur Tuhan? Ingat, kita ini
adalah tanah liat dan Tuhan adalah Sang Penjunan. Itulah sebabnya Tuhan
memerintahkan Yeremia untuk pergi ke tukang periuk supaya ia dapat
belajar dari apa yang diperbuat si tukang periuk terhadap tanah liat
sebelum menjadi bejana yang indah dan memiliki nilai guna. "Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: 'Apakah yang kaubuat?' atau yang telah dibuatnya: 'Engkau tidak punya tangan!'" (Yesaya 45:9).
Agar kita menjadi bejana Tuhan yang
berharga dan digunakan untuk tujuan yang mulia kita pun harus rela dan
mau dibentuk oleh Tuhan, sebab tanah liat tidak secara otomatis berubah
menjadi bejana yang halus dan menarik tanpa melewati proses terlebih
dahulu. Proses inilah yang seringkali kita hindari karena kita
merasakan sakit yang luar biasa sehingga kita memberontak, kecewa dan
marah kepada Tuhan. Namun semakin memberontak proses itu akan terasa
lama dan menyakitkan. Bangsa Israel harus mengalami proses pembentukan
Tuhan di padang gurun selama 40 tahun lamanya oleh karena mereka suka
memberontak, bersungut-sungut, mengeluh dan hidup dalam ketidaktaatan
alias tegar tengkuk. Bisa saja tukang periuk membuat bejana itu secara
cepat atau instan ('SKS' - sistem kebut semalam), tapi
hasilnya? Tidak bisa dijamin kualitasnya, dan mungkin saja bejana
tersebut tidak bisa bertahan lama, retak dan mudah pecah.
Maukah kita menjadi bejana atau perabot Tuhan yang bermutu rendah,
biasa saja dan berharga murah? Setiap kita pasti ingin menjadi bejana
Tuhan untuk tujuan yang mulia, menjadi anak-anak Tuhan yang outclass
(unggul). Untuk itu ada harga yang harus dibayar. Karena itu jangan
mengeraskan hati! Hati yang keras tak ubahnya seperti tanah keras yang
perlu dilebur dan digemburkan sampai tanah itu benar-benar siap untuk
dibentuk menjadi bejana sesuai dengan rencana si tukang periuk.
sumber: http://airhidupblog.blogspot.com/2014/01/tanah-liat-di-tangan-penjunan-1.html
