Bacaan Alkitab Sore 18 April 2014: Matius 27:45-50
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (Matius 27:50)
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 19-20
Bagaimanakah
perasaan Anda ketika Anda harus berkurban untuk orang lain? Bagaimana
jika orang yang untuknya Anda berkurban itu ternyata tidak menghargai
pengurbanan itu atau bahkan menolak pengurbanan itu?
Kita
dapat membayangkan sekilas perasaan Tuhan Yesus ketika Dia menjalani
hukuman salib. Dia yang tiada berdosa, namun rela menderita bahkan
sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kita dapat
memahami jika Yesus merasa pedih ketika manusia justru menolak dan
mencemooh diri-Nya, bahkan menyiksa-Nya dengan brutal. Sebagai seorang
manusia, Yesus juga tercekam ketakutan yang mendalam karena Allah yang
mengutus-Nya seakan-akan meninggalkan Dia. Dia berseru kepada Allah, “Eli, Eli lama sabakhtani—Allahku,
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku” (ay. 46). Tuhan Yesus
Mahakuasa dan mampu menghindari hukuman salib itu. Akan tetapi, karena
kasih-Nya, Anak Allah memilih menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan
manusia (ay. 50).
Setiap
Jumat Agung, kita memperingati pengurbanan dan kematian Tuhan Yesus.
Apakah kita masih merasakan getaran kematian-Nya yang menghapus dosa
kita? Ataukah, perayaan Jumat Agung hanya menjadi ritual tahunan? Jika
Yesus yang tanpa dosa telah rela berkurban demi kita yang penuh dosa
ini, maukah kita juga berkurban demi sesama kita untuk mewartakan kabar
baik dan keselamatan yang Tuhan anugerahkan? Sekalipun kita mungkin
ditolak atau tidak dihargai, biarlah hal itu tidak menyurutkan
keikhlasan kita.
PENGURBANAN YANG SEJATI TIDAK AKAN SURUT OLEH PENOLAKAN
sumber: http://www.renunganharian.net/2014/49-april/1003-maukah-kita-berkurban.html
