Bacaan Alkitab Sore 23 April 2014: Yohanes 20:19-23
Sesudah
berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada
mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
(Yohanes 20:20)
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 5-7
Kulit
kita tidak mulus. Entah kecil entah besar, setiap orang punya bekas
luka di tubuhnya. Ada yang terlihat jelas, ada yang tidak kentara.
Sekadar goresan kecil atau bekas jahitan operasi. Ada yang tersembunyi
di balik busana, ada yang terlihat oleh siapa saja. Begitulah kehidupan
nyata ini, selalu menghadirkan risiko terluka.
Ketika
Tuhan kita bangkit, Dia memilih menjumpai para murid dengan bekas luka
pada tubuh-Nya. Bukankah hal itu hanya mengingatkan mereka akan kekejian
penyaliban sekaligus menguak luka mereka sendiri? Kala itu mereka
takut, sedih, marah, kecewa, malu, merasa bersalah, putus asa—semuanya
itu menorehkan luka dalam di hati masing-masing. Yang ditutupi
rapat-rapat. Namun, Tuhan yang bangkit malah menunjukkan luka-Nya. Luka
di Jumat Agung menampakkan bekasnya di fajar Paskah. Kenapa? Dia ingin
para murid tahu, kasih-Nya tetap kendati mereka terluka. Tak perlu
menyembunyikan luka, sebab Tuhan tidak berubah karena mereka terluka.
Dia Tuhan yang terluka dan tahu persis bagaimana menyapa orang yang
terluka. Tak heran para murid bersukacita melihat Tuhan dengan bekas
luka-Nya.
Terlalu
sering kita menelan saja pengertian: orang kristiani harus “sehat”,
“tegar”, “suci”—tak punya luka. Akibatnya, tak sedikit orang kristiani
yang menekan perasaan atau berpura-pura. Padahal, terluka adalah bagian
dari kehidupan. Tak perlu ditutupi. Ungkapkan dan perlihatkan pada
Yesus. Dia tahu bagaimana menangani luka-luka kita.
JIKA TUHAN YESUS MENUNJUKKAN LUKA-NYA, MENGAPA KITA
HARUS MENYEMBUNYIKANNYA ATAU BERPURA-PURA TAK PUNYA LUKA?
sumber: http://www.renunganharian.net/2014/49-april/1008-terluka.html
HARUS MENYEMBUNYIKANNYA ATAU BERPURA-PURA TAK PUNYA LUKA?
