Bacaan Alkitab 28 April 2017: Pengkhotbah 5:1-6
"Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." Pengkhotbah 5:3
Ketika perjalanan hidup terasa begitu mulus tanpa aral melintang kita mudah sekali melupakan Tuhan, doa dan ibadah kita anggap sepele, tidak terlalu penting dan tak berpengaruh. Namun begitu badai persoalan datang mendera yang membuat terjepit, barulah kita menjerit, meratap dan berseru-seru kepada Tuhan, memohon belas kasihan-Nya. Kemudian kita pun bernazar kepada Tuhan. "Kalau sakitku sudah sembuh aku mau melayani Tuhan dengan sungguh; kalau ekonomi keluargaku dipulihkan aku akan memberikan persembahan untuk mendukung pekerjaan Tuhan." Dan sebagainya.
Kata nazar
yang tertulis di Alkitab berkaitan dengan janji seseorang kepada Tuhan
untuk melakukan suatu tindakan, atau janji untuk menjauhkan diri dari
sebuah tindakan. Karena nazar merupakan sebuah janji atau komitmen
kepada Tuhan maka kita tidak boleh main-main, kita harus
bersungguh-sungguh untuk menepatinya. Berpikirlah masak-masak sebelum
kita bernazar! Bernazar atau tidak bernazar itu bukanlah dosa, yang
berdosa adalah ketika kita bernazar tetapi kita tidak memenuhinya! "Apabila
engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda
memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari
padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu. Tetapi apabila engkau
tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu." (Ulangan 23:21-22). Ketika berada di perut ikan Yunus mengarahkan imannya kepada Tuhan. "Ketika
jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan
sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus
2:7). Jalan terbaik ketika dalam lembah kekelaman adalah mengetuk pintu
hati-Nya dengan seruan yang keluar dari dalam jiwa yang sudah letih
lesu."Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." Pengkhotbah 5:3
Ketika perjalanan hidup terasa begitu mulus tanpa aral melintang kita mudah sekali melupakan Tuhan, doa dan ibadah kita anggap sepele, tidak terlalu penting dan tak berpengaruh. Namun begitu badai persoalan datang mendera yang membuat terjepit, barulah kita menjerit, meratap dan berseru-seru kepada Tuhan, memohon belas kasihan-Nya. Kemudian kita pun bernazar kepada Tuhan. "Kalau sakitku sudah sembuh aku mau melayani Tuhan dengan sungguh; kalau ekonomi keluargaku dipulihkan aku akan memberikan persembahan untuk mendukung pekerjaan Tuhan." Dan sebagainya.
Yunus seharusnya sudah mati dalam perut ikan, namun Tuhan sanggup mengeluarkan dia hidup-hidup. Yunus pun bersyukur kepada Tuhan dan berkata, "...apa yang kunazarkan akan kubayar." (Yunus 2:9). Pergilah Yunus ke Niniwe menyerukan pertobatan sesuai yang diperintahkan Tuhan kepadanya! (baca Yunus 3:3).
"Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu." Mazmur 56:13
sumber: http://airhidupblog.blogspot.co.id/2017/04/bayarlah-nazarmu-jangan-ditunda.html
