Baca: Yohanes 8:2–11
Ayat Mas: Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. (Yohanes 8:7b)
Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 22-23
Kadang
muncul berita, masyarakat menangkap pasangan yang “kumpul kebo”.
Sebagai hukuman, kedua orang ini ditelanjangi dan diarak keliling
kampung, lalu dikawinkan secara paksa. Wah! Begitu juga dengan perempuan
dalam perikop hari ini. Ia tertangkap basah sedang berzinah. Anehnya,
hanya dirinya -si perempuan -yang ditangkap. Mana si lakilaki? Ah, tidak
adil.Ini kisah perjuangan melawan
ketidakadilan dan penerapan hukum Taurat secara beku. Orang Farisi dan
ahli Taurat menggunakan kasus itu untuk menjebak Yesus. Mereka
mencobai-Nya dengan mengutip hukum Taurat, yang isinya mempertaruhkan
nyawa perempuan berdosa itu. Yesus, sebaliknya, dengan tenang mengajak
orang untuk menghayati kebeningan hati dalam menilai keberdosaan orang
lain. Dia mengundang kita berintrospeksi sehingga tidak berlaku gegabah,
tetapi bersikap adil.
Dalam
pernyataan-Nya kepada orang banyak (ay. 7), Yesus bukan menyetujui
perzinahan. Buktinya, Dia juga berpesan kepada perempuan itu, “Jangan
berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (ay. 11). Dengan pernyataan tadi,
Yesus menggugah orang yang suka menghakimi sesama agar berkaca
baik-baik sehingga dapat menimbang perkara dengan bening. Dan, dengan
sikap-Nya, Dia menunjukkan betapa rahmat dan belas kasihan itu lebih
luhur daripada hukum yang kaku.
Apakah
kita belajar berlaku adil dengan bersedia melakukan koreksi batin
sebelum sibuk menuding orang lain? Ataukah kita bersikeras mengukuhi
hukum yang kaku, bukannya belajar mengulurkan rahmat dan belas kasihan?
PEMIKIRAN HATI YANG BENING MEMBUKA PINTU UNTUK MEMPERJUANGKAN KEADILAN DAN MENGULURKAN BELAS KASIHAN
source: http://saatteduh.wordpress.com/2013/02/09/kasih-yang-bening/
