Baca: Matius 16:1-12
Orang
Farisi dan Saduki berseberangan dalam hal pengajaran. Orang Farisi
menekankan ajaran Musa, dan tradisi Yahudi, sedangkan orang Saduki meski
mengajarkan ajaran Musa, tetapi menolak tradisi Yahudi. Kali ini mereka
tampak rukun mencobai Yesus dengan meminta tanda (1). Apakah perbuatan ajaib Yesus yang mereka saksikan tidak cukup meyakinkan?
Teguran
Yesus kepada mereka sebagai angkatan jahat dan tidak setia bukan
mempermasalahkan kepandaian mereka. Mereka tahu membaca cuaca, tetapi
tidak mampu membaca tanda-tanda zaman. Mereka tidak bisa menghubungkan
apa yang mereka temukan pada Taurat mengenai Mesias telah hadir dalam
diri Yesus. Masalah mereka adalah tidak mau menerima konsekuensi kalau
mengakui Yesus sebagai Mesias dari Allah. Itulah sebabnya Yesus menjawab
dengan tidak memberikan tanda lain karena bagi mereka sudah ada
kesaksian nabi Yunus. Kisah nabi yang keras kepala walau melihat
pertobatan Niniwe seharusnya menggugah hati mereka sehingga bertobat.Yesus juga mengingatkan para
murid agar waspada terhadap ragi orang Farisi dan Saduki, yaitu ajaran
orang Farisi dan Saduki. Para murid semula salah mengartikan maksud
Yesus tersebut karena pikiran mereka terpaku pada kebutuhan jasmani.
Yesus pun menegur mereka. Kebutuhan fisik telah membutakan mereka akan
makna sesungguhnya tentang peringatan Sang Guru.
Di
abad duapuluh satu ini kita diperhadapkan pada tantangan untuk dapat
mengaitkan iman dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai ajaran dari
pengajar yang mengaku Kristen muncul dengan gaya yang memesona.
Sebenarnya kalau kita terbiasa belajar firman Tuhan, kita pasti bisa
membedakan manakah ajaran yang benar, yang Alkitabiah dan mana yang
salah. Namun, seringkali kebutuhan fisik kita membelokkan arah iman kita
kepada pengajaran yang mudah dicerna dan yang tidak sesuai iman
kristiani. Kita kompromi dengan cara yang ditawarkan dunia. Hati-hati!
Apakah kita harus menerima tanda Yunus, baru bertobat?
source: http://saatteduh.wordpress.com/2013/02/13/menjadi-waspada-dan-berjaga/
