Baca: Yunus 3
Ayat Mas: Setelah
sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari
singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung,
lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6)
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 3-4
Seorang
pria Afrika mendatangi kepala sukunya untuk menyerahkan 8 ekor sapi. Ia
mengaku bahwa ketika dulu bekerja pada sang kepala suku, ia mencuri 4
sapi. Kini sapi-sapi itu telah beranak hingga menjadi 8 ekor dan ia
hendak mengembalikan semuanya.Ketika ia ditanya, siapa yang menangkapnya
dan memintanya mengaku, ia menjawab, “Yesus.” Ia berani melakukannya
karena ia mendapatkan damai sejati saat Yesus mengampuninya.
Mendengar itu, kepala suku
membebaskannya. Namun berhari-hari sesudahnya, ia tak dapat tidur.
Pertobatan pria itu terus membayanginya karena ia sendiri pernah
melakukan kesalahan yang sama. Namun, ia bingung karena, jika ingin
bertobat dan mendapat damai sejati, ia harus mengembalikan 100 ekor
sapi!
Ketika Niniwe
mendengar peringatan Yunus tentang hukuman Tuhan, mereka percaya dan
menanggapinya dengan benar. Dari orang dewasa, anak-anak, bahkan sampai
ternak mereka, berpuasa. Raja pun memakai kain kabung dan duduk di atas
abu, sebagai tanda penyesalan. Semua memiliki tekad yang sama: memohon
ampun dan berbalik dari kejahatan (ay. 8). Dan, oleh belas kasihan-Nya yang tak masuk akal bagi manusia, Niniwe tak jadi dihukum (ay. 10).
Abu
adalah tanda perkabungan, penyesalan. Abu menjadi simbol yang
mengingatkan janji kita kepada Tuhan untuk mati terhadap dosa masa lalu
dan memiliki cara hidup yang baru bersama kebangkitan Kristus. Pasti
bukan langkah mudah. Namun, Tuhan menawarkan damai sejati dan kelepasan
dari segala beban rasa bersalah ketika kita melakukannya.
PERTOBATAN BERARTI KITA MENGASIHI JURUSELAMAT KITA LEBIH DARIPADA KITA MENYAYANGI DOSA KITA -KENT CROCKETT
sumber: http://saatteduh.wordpress.com/2013/02/13/tanda-abu/
