Baca: Matius 18:21-35
Mengapa
kita mengampuni?” Pertanyaan yang sangat penting ini sering kita
abaikan. Kita salah kaprah dan menyamakan mengampuni dengan memaklumi.
Apalagi untuk urusan yang kita anggap remeh. Di kesempatan lain, mungkin
kita “mengampuni” karena terpaksa. Karena tak bisa bertindak lain, ya
“ampuni” saja, dalam arti tak usah diingat-ingat lagi. Namun di sisi
lain kita harus mengakui ketidakmampuan kita untuk mengampuni. Jika
seseorang berbuat salah, apalagi mendatangkan kerugian cukup besar,
respons kita adalah marah dan bahkan balik membalas kesalahan orang itu.
Yesus secara hiperbolis
merespons pertanyaan Petrus dengan menegaskan bahwa seorang murid harus
mengampuni saudaranya “tujuh puluh kali tujuh kali” (22; bdk. Kej 4:24).
Sikap ini dijelaskan dengan perumpamaan yang dikatakan seumpama
Kerajaan Sorga, artinya menyampaikan suatu pelajaran penting tentang
bagaimana Allah berkuasa melalui ketaatan murid Kristus. Di dalam
perumpamaan ini hadir sebuah hiperbola yang mencolok. Jika kita
asumsikan 1 dinar = Rp. 50.000, -, dan 1 talenta = 6.000 dinar, maka
hutang hamba pertama kepada sang raja bisa kita konversi menjadi 3
trilyun rupiah, dengan dua belas angka nol (24).
Hutang si hamba kepada raja jelas tidak sebanding dengan hutang seorang
hamba lain kepada dirinya yang hanya 100 dinar atau sekitar 5 juta
rupiah. Perumpamaan ini menggarisbawahi sikap tidak mau mengasihani si
hamba, padahal hutangnya yang lebih besar telah dihapus. Ketidakmauan
untuk mengampuni ini berakibat dirinya dilaporkan oleh kawan-kawannya
kepada raja (31) dan berbuahkan penghukuman (34). Nas ini (35) menegaskan bahwa Allah akan menolak mengampuni orang yang tidak mau mengampuni sesamanya.
Kita
mesti mengampuni, karena sesungguhnya kita sudah diampuni Allah. Inilah
jawaban tunggal yang mestinya mendasari kehidupan murid Yesus sebagai
orang yang telah diampuni. Memang tidak mudah melakukannya. Mari kita
datang kepada Roh Kudus dan meminta kuasa dan hikmat, supaya kita siap
dan sigap mengampuni.
sumber: http://saatteduh.wordpress.com/2013/02/22/siap-dan-sigap-mengampuni/
