Bacaan Alkitab Sore 25 Mei 2014: Lukas 22:24-30
Tetapi
kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu
hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai
pelayan.(Lukas 22:26)
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 14-17
Ini
kisah Maulwi Saelan, salah satu mantan ajudan Bung Karno (BK). Suatu
hari ia berbantah-bantahan dengan BK. “Kalau marah, mata Bung Karno
merah. Ia langsung masuk kamar,” katanya. Tak lama kemudian BK keluar
kamar dan memanggil Maulwi. “Komm je hier maar (Kemarilah
kamu),” kata BK. “Mampus, saya pasti dipecat,” pikir Maulwi. Apa yang
terjadi? “Kamu benar, maafkan saya,”kata BK meminta maaf pada Maulwi.
Mengakui
kesalahan dan meminta maaf bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan,
terlebih jika yang bersalah itu seorang pemimpin. Seperti para murid
Yesus, kebanyakan kita mengaitkan kepemimpinan dengan kedudukan
terhormat, kekuasaan besar, dan kekebalan terhadap kesalahan. “Peraturan
pertama: Bos tidak pernah salah. Peraturan kedua: Jika bos salah, lihat
peraturan pertama,” kata sebuah guyon.
Yesus
menjungkirbalikkan pandangan itu. Dia menakar kebesaran seorang
pemimpin menurut kerendahan hati dan kesediaannya untuk melayani. Orang
yang rendah hati tidak akan bersikap membenarkan diri. Ia menyadari
dirinya toh masih manusia yang mungkin saja khilaf. Ia akan menjalankan
tanggung jawab kepemimpinannya dengan mengandalkan bimbingan Tuhan dan
tidak menutup diri terhadap masukan dan koreksi dari sesama. Kesediaan
untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan, dengan demikian,
menandakan kebesaran hati si pemimpin.
Dalam taraf tertentu, kepada kita masing-masing dipercayakan kepemimpinan. Apakah kita rendah hati dan mau melayani?
JIWA YANG KERDIL MELEMPARKAN KESALAHAN PADA ORANG LAIN,
JIWA YANG BESAR MENGAKUI KESALAHAN DAN MEMINTA MAAF.
sumber: http://www.renunganharian.net/2014/50-mei/1040-bung-karno-minta-maaf.html
JIWA YANG BESAR MENGAKUI KESALAHAN DAN MEMINTA MAAF.
