Baca: Matius 10:16-33
Menjadi
duta Injil selalu berisiko. Arena penginjilan adalah tempat di mana
ancaman nyawa taruhannya. Duta Injil kerap kali menghadapi “serigala”,
yaitu penguasa yang agresif kepada penginjil (16), penyesahan (17),
menjadi terdakwa di pengadilan (18), penghianatan oleh keluarga sendiri
sampai dibunuh, dibenci (21), diburu seperti hewan (16, 23). Sejarah
gereja sejak awal sampai masa kini bahkan sampai kedatangan Kristus
kedua kali menyaksikan hal ini.
Peringatan
yang diberikan Tuhan Yesus ini bukan alasan untuk mundur dari panggilan
kita. Kita dipanggil untuk tulus seperti merpati dan cerdik seperti
ular. Cerdik seperti ular berarti waspada dan tidak lengah. Memang kita
tidak dipanggil untuk memakai kekuatan fisik ataupun senjata militer
untuk menghadapi penolakan dan serangan dari penguasa-penguasa dunia.
Kita dipanggil untuk memakai senjata Ilahi, yaitu tuntunan Roh Kudus
(19-20). Raja kerajaan surga akan memberikan kata-kata hikmat untuk
menjawab serangan atau tuduhan. Kita yakin bahwa anak-anak-Nya yang
sedang melayani ada dalam penyertaan-Nya yang sempurna (29-30). Burung
pipit yang tidak berharga saja dijaga-Nya, apalagi duta Injil yang
bertaruh nyawa pasti dipelihara-Nya. Oleh karena itu, demikianlah pesan
Yesus: “jangan takut” (26, 28). Duta Injil hanya boleh gentar kepada DIA
yang berkuasa atas setiap nafas hidup manusia (28).Tulus seperti merpati berarti
dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh bertujuan yang salah apalagi
mengkompromikan isi beritanya. Dengan berani kita mengakui Yesus adalah
Raja kerajaan surga di hadapan semua manusia (32). Maka Yesus pun akan
mengakui kita di hadapan Allah Bapa.
Tidak
ada jaminan bahwa di Indonesia yang menegaskan keterbukaan kepada semua
agama, kita bebas untuk menyaksikan iman kita. Penganiayaan dalam
berbagai bentuk sudah, sedang dan akan dialami anak-anak Tuhan. Mari
kita “cerdik seperti ular”, yaitu mengandalkan Roh Kudus, bukan hikmat
dan kuasa sendiri. Mari “tulus seperti merpati”, tetap setia dengan
berita Injil yang benar dan utuh.
source: http://saatteduh.wordpress.com/2013/01/24/risiko-melayani/