Manusia terdiri dari bagian yang kelihatan dan bagian yang tidak kelihatan. Bagian yang kelihatan adalah tubuh kita, sedangkan bagian yang tidak kelihatan terdiri dari dua bagian, yaitu jiwa dan roh. Tubuh, jiwa, dan roh adalah tiga bagian dari manusia yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling mempengaruhi dalam hidup kita. Tubuh kita memerlukan materi, tetapi jiwa kita memerlukan hubungan kasih dengan sesama dan roh kita memerlukan hubungan kasih dengan Allah. Ketiga keperluan di atas—yaitu materi, hubungan kasih dengan sesama, dan hubungan kasih dengan Allah— adalah tiga hal utama yang dikejar oleh setiap orang, tetapi setiap orang memiliki prioritas yang berbeda. Manusia daging atau manusia duniawi lebih mengutamakan hal-hal yang nampak, yaitu materi serta hubungan kasih dengan sesama. Manusia rohani lebih mengutamakan hubungan kasih dengan Allah. Bila hubungan kasih dengan Allah merupakan hal yang paling utama dalam hidup kita, kita pasti akan membangun hubungan kasih dengan sesama, sedangkan materi merupakan pelengkap bagi kebahagiaan hidup kita.
Walaupun Yusuf telah hidup dengan berkelimpahan materi, dia tetap mengutamakan hubungan dengan Allah. Dalam Kejadian 39-50, jelas bahwa hubungan Yusuf dengan Allah amat mempengaruhi sikapnya terhadap saudara-saudaranya. Kedekatannya dengan Allah membuat dia tidak bersikap egois, melainkan ia memikirkan kebutuhan saudara-saudaranya dan kebutuhan ayahnya. Kemakmuran yang ia nikmati di Mesir tidak membuat ia menjadi sombong dan melupakan keluarganya, melainkan materi menjadi alat untuk memupuk hubungan kasih dengan saudara-saudaranya dan juga dengan ayahnya. Bagaimana dengan Anda?
Kejadian 46:29
“Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya.”
source: http://saatteduh.wordpress.com/2013/02/05/kebutuhan-jiwa/
“Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya.”
