Baca: Matius 20:17-28
Berapa
banyak dari kita yang dulu waktu kecil bercita-cita menjadi pelayan?
Bukan ‘pelayan’ dalam arti hamba Tuhan atau pejabat pemerintahan, yang
memahami diri harus ‘melayani’ orang lain, tetapi tetap menempati strata
sosial yang lumayan tinggi. Mestinya tidak ada dari kita yang pernah
bercita-cita mengantar pesanan, membersihkan kotoran, dll. Pekerjaan
seperti ini tak bergengsi, penghasilannya pun pas-pasan. Namun justru
pekerjaan seperti ini diacu oleh kata-kata Tuhan Yesus di nas ini.Nas hari ini memuat dua penjungkirbalikan dugaan manusiawi. Pertama, Sang Mesias (bdk. Mat 2:4 dan 16:16, 20)
hadir bukan untuk memimpin pemberontakan militer yang sukses, tetapi
untuk membiarkan diri ditangkap, “… diolok-olokkan, disesah dan
disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (19). Pembalikan kedua menegaskan bahwa tidak seperti pemerintah bangsa yang menjalankan kekuasaan lewat kekerasan (25), mereka yang ingin menjadi terbesar di antara para murid justru mesti menjadi hamba saudara-saudaranya (26-27). Melalui tindakan ini, sang murid meneladani Gurunya sendiri, yaitu Yesus (28). Kata-kata Yesus ini menjelaskan makna perkataan-Nya di ayat 22-23 sekaligus
mengecam ketidakmauan para murid untuk rendah hati, baik kedua
bersaudara anak-anak Zebedeus maupun para murid yang lain. ‘Cawan’, yang
di dalam nas ini dimaknai sebagai kematian Yesus, menunjuk pada ayat
28: bahwa Yesus siap “untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang.” Jadi jati diri seorang murid
ditentukan oleh mau tidaknya ia meneladani Tuhannya. Jika tidak, ia
bukan murid Tuhan Yesus yang sejati.
Nas
ini menggugat kita, apakah kita siap melayani dalam arti menjadi hamba
bagi sesama tanpa menuntut penghargaan? Mungkin kita sudah melakukan
pelayanan yang tepat, tetapi itu tidak cukup. Kita mesti memiliki
motivasi yang benar, karena sangatlah gampang seorang Kristen
terperangkap jebakan duniawi berupa melayani demi/asal dihargai.
Pelayanan yang dilakukan tanpa sikap hati yang merendahkan diri dan
melayani, justru menistakan teladan Yesus.
sumber: http://saatteduh.wordpress.com/2013/02/27/untuk-melayani-bukan-dilayani/
