Ada seorang petani yang baru saja menikmati panen pertamanya. Awalnya dia merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya, namun tidak lama kemudian dia ingin mendapatkan hasil panen yang lebih banyak. Dia pun mulai membeli lahan-lahan baru dan menggarapnya.
Pada panen yang berikutnya, dia menjadi orang yang serakah sehingga lahan-lahan tetangga dibelinya tanpa melibatkan para tetangganya untuk menggarap kebunnya. Dia hanya mempercayakan kebunya pada orang-orang pilihannya. Kekayaan membuat dia semakin sombong dan tidak menghargai orang. Dia menjadi orang yang selalu haus akan harta. Dia merasa kekayaan yang dia miliki masih sangat sedikit.
Musim panas pun tiba. Kebun-kebun yang dimiliki telah habis oleh si jago merah. Tidak ada warga yang mempedulikannya. Selain itu tubuhnya mulai digerogoti oleh penyakityang tidak ditemukan obatnya. Harta yang dia miliki tidak dapat menghentikan bencana dalam kehidupannya.
Ketika kita begitu menyayangi harta dan lebih mengutamakan harta tersebut, maka harta itu akan membawa bencana dalam kehidupan kita. Terlalu fokus pada harta akan membuat kita menjadi lupa tentang bagaimana cara untuk mengasihi dan peduli terhadap sesama.
Harta tidak dapat menjadi sebuah keselamatan. Harta juga tidak dapat membeli kasih. Jangan kita merasa selalu kurang akan harta, namun kita harus bisa menjadikan harta yang kita punya sebagai sarana untuk memberkati orang lain.
Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan.
Amsal 28:22
sumber: http://www.renunganhariankristen.net/selalu-kurang/
